THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Foto Orang Cakep

Foto Orang Cakep

Sabtu, 06 Juni 2009






Museum Kekayon, Memutar Rekaman Sejarah Indonesia
Rekaman video yang menggambarkan sejarah bangsa Indonesia mungkin sudah biasa disaksikan, tetapi rekaman berupa sejumlah replika yang menguraikan sejarah Indonesia sejak jaman purba hingga proklamasi kemerdekaan tentu jarang disaksikan, apalagi rekaman yang juga mencakup sejarah kesenian wayang dari abad 6 hingga 20. Museum Kekayon menyajikan rekaman yang langka itu di lokasi berdirinya, kurang lebih 1 km dari Ring Road Timur Wonosari.

Museum yang menggambarkan sejarah bangsa Indonesia sekaligus kesenian wayang ini didirikan pada 23 Juli 1990 oleh Soedjono Prawirohadikusumo, seorang dokter spesialis kesehatan jiwa. Ia mempercayai bahwa kesenian wayang mampu mengantarkan seseorang memahami ilmu pengetahuan sekaligus tata krama serta menuju kedewasaan, dalam arti seseorang dapat mentransformasikan ilmunya pada generasi penerus.
Begitu memasuki halaman museum, anda sudah bisa memulai memutar rekaman sejarah Indonesia itu. Di pojok kiri depan museum, terdapat kompleks bangunan manusia purba yang menggambarkan asal muasal manusia Indonesia. Tak jauh darinya, terdapat kompleks Austronesia, menggambarkan masuknya peradaban baru ke Indonesia sehingga pertanian dan perdagangan menjadi maju, terutama berkat kedatangan orang-orang Cina.
Di bagian depan halaman museum, terdapat patung singa Borobudur, menandai masuknya peradaban Hindu Budha abad 1 - 7 dengan Candi Borobudur sebagai puncak keagungan kebudayaannya. Kompleks menara air dengan atap berbentuk candi terletak di bagian kanan belakang museum, menggambarkan kejayaan Majapahit yang berhasil mempersatukan hampir seluruh wilayah Indonesia saat ini, bahkan hingga wilayah Malaysia dan Thailand sekarang.
Simbol kemajuan peradaban Islam yang menjadi babak sejarah berikutnya di Indonesia setelah kejayaan Hindu Budha dilambangkan oleh Menara Kudus. Sementara, Kompleks Pancuran Bidadari yang berada di kiri tengah museum melambangkan pengaruh bangsa Belanda yang menjajah Indonesia selama 350 tahun. Kedua kompleks tersebut mencerminkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia pada abad 16.
Satu babak perkembangan kesenian wayang juga dibuatkan replikanya, berupa Gunungan Kartasura yang terletak di kiri belakang museum, menggamabarkan penyempurnaan cerita wayang pada abad 18 oleh pujangga Kraton Surakarta bernama Yododipuro dari Kakawin Ramayana menjadi Serat Ramayana. Kompleks Baleranu Mangkubumi, Patung Jepang dan patung Proklamasi melambangkan babak sejarah Indonesia sebelum kemerdekaan.
Memasuki ruangan museum yang terdiri dari 4 bagian, anda akan melihat koleksi beragam jenis wayang yang dimiliki Soedjono. Terdapat koleksi wayang yang usianya tertua, yaitu wayang purwa (pertama), yang dipentaskan sejak masa kerajaan Kediri. Ragam wayang purwa yang tersedia adalah jenis yang dibuat dari kulit kerbau dengan atau tanpa dilengkapi aksesoris. Ruang 1 dan 2 adalah tempat penyiompanan koleksi wayang itu.
Ruangan 3 menyimpan wayang jenis lain, misalnya Wayang Madya yang muncul pada jaman Kediri-Majapahit, menceritakan era pasca perang Bharatayudha. Sel;ain itu juga terdapat wayang gedhog yang memuat cerita Dewi Candrakirana, wayang klithik yang mengisahkan Damarwulan dan Minakjinggo, wayang Dupara yang menceritakan perjuangan Diponegoro dan Wayang Suluh yang bercerita tentang perjuangan Indonesia mencapai kemerdekaan.
Yang unik, museum ini juga memuat Wayang Kancil yang menceritakan si kancil yang mencuri mentimun, sebuah cerita wayang yang diadaptasi menjadi dongeng yang terkenal di kalangan orang tua dan anak. Terdapat pula beragam jenis Wayang Golek yang berasal dari Jawa Barat, juga patung beberapa tokoh pewayangan seperti Dewi Shinta dan Rahwana.
Di museum ini pula, anda bisa mencocokkan zodiak anda dengan tokoh-tokoh dalam pewayangan dan meramal perwatakan anda lewat poster seukuran A3 yang digantung, anda bisa membacanya dengan jelas. Ada pula poster lain yang menggambarkan strategi perang yang dipakai ketika Perang Barathayudha, baik oleh Pandawa maupun Kurawa, yang berhasil diterapkan untuk menakhlukkan lawan. Beberapa strateginya adaladalah strategi Sapit Urang dan Gajah.
Tak banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mengunjungi museum ini, hanya Rp 3.000,00 per pengunjung dan biaya tambahan Rp 2.000,00 jika ingin memperoleh buku panduan. Sebelum berkeliling, anda akan disambut pemandu yang akan menerangkan sejarah dan bagian-bagian museum. Menjangkau museum ini pun cukup mudah, anda bisa memakai angkutan umum berupa bis jurusan Jogja-Wonosari atau menggunakan taksi.
Naskah: Yunanto Wiji UtomoPhoto & Artistik: Agung Sulistiono MabruronCopyright © 2007 YogYES.COM
Museum Wayang KekayonJalan Raya Jogja wonosari Km 7 No 277 YogyakartaPhone: +62 274 379058, +62 274 513218

Jadwal Kunjungan:Hari Selasa - MingguBuka pukul : 09.00 - 16.00Hari Senin: Tutup
del.icio.us
printable view
Hotel dekat Museum Wayang Kekayon
Tidak ada data
Biro wisata ke Museum Wayang Kekayon
Tidak ada data
Museum dan Monumen Lain di Yogyakarta
Museum Affandi, Mengunjungi Istana Sang Maestro
Monumen Yogya Kembali, Jejak Peristiwa Enam Jam di Yogyakarta
Museum Kapal Samudraraksa
Sasana Wiratama, Mengenang Perjuangan Pangeran Diponegoro
Museum Sasmitaloka, Mengunjungi Kediaman Sang Guru
Museum Sonobudoyo, Menikmati Koleksi Keris Nusantara
Tugu Jogja, Landmark Kota Jogja yang Paling Terkenal

Pasang iklan di sini?
Jogja
Peta Jogja
Tour de Djokdja
Acara Bulan Ini
Obyek Wisata
Candi
Places of Interest
Beach
Museum & Monument
Affandi
Kekayon
Monjali
Samudraraksa
Sasana-Wiratama
Sasmitaloka
Sonobudoyo
Tugu-Jogja
Pagelaran Seni
Wisata Alternatif
Hotel Bintang
Hotel Melati
Hotel 100rb
Restoran & Kafe
Wisata Kuliner
Belanja
Biro Wisata
Rental Mobil
Layanan Lain
Artikel Menarik
Tentang YogYES.COM
href="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" rel="external nofollow">
href="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" rel="external nofollow">
href="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" rel="external nofollow">
Yogyakarta / Obyek Wisata / Museum & Monument / Kekayon
English
[ Bahasa Indonesia ]
statistics()
hotline service: 0856-2-YOGYES / 0856-2-964937
Wisata Jogja / Yogyakarta. Copyright © 2003-2008 YogYES.COM. Valid: XHTML 1.0 Strict, CSS
Copyright © 2003 - 2008 YogYES.COM. Semua hak dilindungi.Dilarang mereproduksi, mempublikasi, atau mendistribusikan seluruh ataupun sebagian content atau data atau image atau informasi yang dimuat di sini tanpa izin tertulis dari YogYES.COMPenggunaan situs ini diatur dalam Copyright and Intellectual Property Policy, Terms of Use Agreement dan Privacy Policy kami

laskar pelangi


Film ini adalah film yang paling dinantikan dalam waktu dekat ini. Besar kemungkinan ia akan sukses di pasaran, mengingat novel yang menjadi dasar ceritanya laku keras.
Sebenarnya posisi saya tidak terlalu enak dalam mereview film ini. Ini karena saya memiliki kepentingan, karena film ini mau tidak mau mempromosikan tanah kelahiran saya, Pulau Belitung. Jadi orang tentunya bisa melihat bahwa review saya bisa jadi bias. Namun bagaimana pun saya akan mencoba mereview film ini seobjektif mungkin.

Film ini menurut saya akan menjadi “The Dark Knight”-nya film Indonesia. Ia akan over-rated, terutama sekali karena bukunya yang meledak. Orang Indonesia cenderung menilai sebuah film dari bukunya, tidak melihatnya sebagai sebuah karya yang lepas. Hal seperti ini biasaya tidak terjadi di Hollywood. Contohnya Da Vinci Code yang meledak di pasaran buku namun filmnya disambut dingin. Tapi kalau di Indonesia saya rasa masih terjadi.
Hal yang kedua, film ini juga akan over-rated karena ia mengusung nilai moral. Orang Indonesia cenderung memberikan nilai plus pada film yang mengusung nilai moral yang baik, dan memberi nilai minus untuk film kisah penjahat. Kalau di Indonesia dibuat film seperti GODFATHER misalnya, tanggapan masyarakat akan lebih dingin ketimbang film tentang pendidikan misalnya, sebagus apa pun film itu. Ini terbukti dari film “3 Hari untuk Selamanya”, yang di dalam filmnya banyak adegan ngeganja, dan otomatis diberi nilai minus. Film seperti “Kala” dan “Sembilan Naga” pun akan dinilai minus, seberapa bagus pun filmnya secara sinematografi.
Hal yang paling saya tunggu dari film ini adalah penampilan bintang film lokal. Mengarahkan anak yang belum pernah punya pengalaman main film bukanlah pekerjaan yang mudah buat timnya RIri Riza. Saya mau tidak mau akan membandingkannya dengan “Daun di atas Bantal” Garin Nugroho yang luar biasa, walaupun memakai pemain lokal. Di lain pihak ada keuntungan karena logat anak2 itu akan terlihat ideal. Cut Mini yang memang pernah tinggal di Malaysia saya kita juga tidak akan kesulitan mengucapkan dialek dalam logat Belitung yang sangat mirip dengan dialek Melayu Malaysia. Begitu pulang dengan Slamet Raharjo yang memang pernah tinggal di Belitung di masa kecilnya.
Satu hal yang saya tidak suka dengan Laskar Pelangi, karena terlalu memaksakan penulisan Belitong ketimbang Belitung (dan juga di dalam film, bukan hanya di buku). Ini saya pikir tidak perlu terjadi. Mangga yang dibaca monggo dalam bahasa Jawa pun tidak dipaksa ditulis dengan monggo. Dengan pemaksaan penulisan seperti ini saya kira bisa ditafsirkan sebagai etnosentris pengagungan kedaerahan. Pemakaian kata Belitung seperti yang sudah dikenal umum saya pikir tidak merugikan siapa-siapa, tidak usah diubah menjadi Belitong.
Akhir kata, selamat menonton mulai tanggal 25 September 2008.

Jumat, 29 Mei 2009

anak tere